Minggu, 19 September 2010

OSU. MEKONGGA (Puncak Kerajaan Jin) Alt.2620 Mdpl.





Gunung Mekongga merupakan gunung tertinggi di pegunungan Mekongga yang membentang di sisi utara wilayah Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Kawasan pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan Verbeck yang puncak-puncaknya terdiri dari jenis batuan karst dataran tinggi. dengann puncak tertinggi 2.620 meter dpl, gunung ini merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geologis wilayah pegunungan ini terbentuk dari atol yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu. Fenomena ini kemudian memberi ruang bagi jenis flora dan fauna yang khas yang kemudian menjadi biota endemic yang hanya terdapat di wilayah ini. Pegunungan Mekongga, juga ideal untuk kegiatan trekking. Titik awal pendakian adalah dari Desa Tinukari di Kecamatan Wawo yang dapat dicapai dengan kendaraan roda empat sekitar empat jam dari kota Kolaka. Selama perjalanan ke puncak yang butuh 4 hari, para pendaki gunung disuguhi suasana hutan tropis yang jarang dijamah orang, merdunya kicau burung, sampai acara menyeberangi pertemuan Sungai Mosembo dan Sungai Tinokari. Selain itu, mungkin akan berpapasan dengan anoa atau Ular Piton dan Cobra .


Nama Mekongga berasal dari cerita rakyat setempat yang berkisah tentang pertempuran seorang kesatria dan seekor burung elang. Menurut hikayat, suatu masa puncak gunung ini dihuni oleh Kongga, yaitu seekor burung raksasa. Para penduduk sering resah karena sang burung sering membuat onar dan mengganggu kehidupan rakyat. Kemudian tampillah seorang bangsawan gagah berani yang berhasil menewaskan burung raksasa. Sebagai hadiahnya, raja setempat menikahkan putrinya dengan si bangsawan. Dan untuk mengenang jasa besar itu, kawasan tersebut diberi nama Mekongga.

Pegunungan ini terletak di Sulawesi Tenggara, tepatnya di kabupaten Kolaka kecamatan Ranteangin. Gunung ini disebut Mekongga karena sesuai dengan nama penduduk asli daerah ini yaitu suku Tolaki Mekongga yang dahulunya mendiami kerajaan Mekongga. Menurut cerita rakyat di pegunungan ini terdapat Tebing Putih yang bernama Musero-sero yang merupakan pusat kerajaan jin untuk wilayah Kolaka Utara. Pada intinya gunung ini jarang didaki dan dikunjungi, namun pesonanya. tidak kalah dengan gunung lain yang ada di Indonesia. Pegunungan yang mempunyai puncak setinggi 2.620 m dpl ini masih sangat perawan. Untuk mencapai pegunungan ini dimulai dari Pomalaa yang merupakan lokasi pertambangan PT.ANTAM yang ada di Sulawesi Tenggara, kemudian dari sana dilanjutkan dengan menggunakan mobil angkot (pete’-pete’), dengan tarif Rp.12.000,- per orang tujuannya adalah Terminal Larumbalangi Sabilambo. Dari terminal larumbalangi kita melanjutkan perjalanan menuju terminal lama kolaka dengan menggunakan angkot, dengan tarif Rp.3.000.

Kolaka adalah sebuah kota pelabuhan kecil di tepi teluk Bone, untuk menuju desa terakhir yaitu Desa Tinukari, dari Kolaka kita menumpang kendaraan kecil dengan tarif Rp.25.000,- orang. Lamanya perjalanan hingga Desa Tinukari adalah 3 jam, sepanjang perjalanan akan disunguhi oleh pemandangan Teluk Bone yang indah. Di Pantai Tamborasi ada sungai Tamburasi yang disebut sebagai sungai terpendek didunia, karena Jarak antara hulu dan muaranya di laut hanya 10 m.

Rute Pendakian

DESA TINUKARI

Desa Tinukari ini berada 150 km dari Kota Pomalaa. Dari desa Tinukari jejeran pegunungan Mekongga jelas terlihat. Desa yang dihuni oleh suku Tolaki Mekongga yang merupakan turunan dari kerajaan Mekongga dan juga ada beberapa suku pendatang yang jadi penduduk didesa ini seperti : suku Toraja,Luwu,Kajang,dll. Desa ini sudah cukup baik keadaannya dan jalan didesa ini pun sudah diaspal. Jalur pendakian hanya satu yaitu dari desa Tinukari ini dan kondisinya pun tidak begitu jelas, karena jarangnya ditempuh oleh pendaki.

DESA TINUKARI – CAMP I (Kebun II Pak Basir)



Perjalanan dimulai setelah menyelusuri jalan aspal desa dan masuk kejalan setapak didalam kebun coklat, kemudian akan bertemu sebuah sungai dengan lebar sekitar 15 meter dan arusnya cukup deras. Kemudian jalan setapak yang sering dipakai pencari rotan yang terus mengikuti sungai. Sebelum mencapai sungai Aala Mosembo dan Aala Tinukari (Aala dlm bahasa Tolaki berarti sungai). kita akan dihadapakan oleh 4 sungai lainnya. Selepas daerah sungai ini baru jalan setapak masuk kedalam hutan dan mulai menanjak tajam. Tanaman masih didominasi oleh rotan dan tanaman sejenis perdu. Sekitar 2 jam berikutnya akan samapi dijalan HBI, yaitu sebuah perusahaan logging kayu pernah beroperasi tahun 1996. Kemudian tutup setelah diprotes oleh masyarakat akibat kerusakan lingkungan yang ditimbukannya. Sepanjang jalan beakas HBI yang sudah tertutup oleh ilalang dan rotan banyak ditemukan kotoran sapi. Yang konon merupakan sapi milik DI/TII dulu. Sapi-sapi tersebut sengaja dilepas di hutan ini sebagai ransum para tentara DI/TII jaman perang dahulu. Camp I merupakan sebuah rumah kebun milik Pak Basir yang berada pada ketinggian 900 m dpl. Waktu tempuh dari desa Tinukari ke Camp I ini adalah sekitar 7 jam.

CAMP I – CAMP II (Poya-Poya)




Jalur awal pendakian dari Camp I munuju Camp II masih mengikuti jalur jalan HBI. Diketinggian 1.000 m dpl, panorama mulai terbuka, vegetasi tumbuhan kayu mulai bertambah, perdu, lumut dan kantong semar muali mendominasi. Disebelah timur tampak jajaran perbukitan Mekongga yang menjari kemana-mana, dan arah jalan setapak menuju kesana. Camp II berada pada ketinggian 1.444 m dpl. Dari sisi jalur mulai menanjak dan banyak sekali bekas longsoran. Sepanjang jalan banyak ditemukan air terjun kecil. Vegetasi yang dominan adalah tumbuhan berkayu bekas yang ditumbuhi lumut. Hal ini terjadi karena daerah ini sangat lembab. Kantong Semar dan aneka jenis anggrek bias ditemukan dengan mudah.

CAMP II – CAMP III (Pos 8 Sawerigading/Hutan Lumut)



Setelah meninggalkan jalan HBI dan tiba dipuncak HBI diketinggian 1.800 m dpl, dikejauhan mulai tampak Osu Mosembo. Jalur pendakian naik turun punggungan, kita harus waspada sewaktu berjalan agar tidak salah punggungan, karena bentuk punggungan gunung ini yang menjalar kesegala arah. Kemudian jalan setapak akan samapai didaerah bebatuan yang di sebut Musero-sero diketinggian 2.370 m dpl. aerah ini diyakini oleh penduduk setempat sebagai pusat kerajaan jin untuk daerah Kolaka Utara. Disini terdapat sebuah batu yang seperti meriam dan moncongnya menhadap kearah “KABAH” tebing batu nun jauh di sebelah Timur. Dari Musero-sero perjalanan bertambah berat karena harus memanjat tebing-tebing dan tanjakan-tanjakan yang tanpa henti hingga sampai pada Camp III. Setelah sehari berjalan baru sampai di Camp III yang merupakan sebuah dataran yang berada di puncak bukit. Ketinggiannya 2.500 m dpl.

CAMP III - PUNCAK









Puncak Mekongga merupakan batuan gamping, untuk menuju kesana harus beberapa kali berpindah punggungan dan melipir . Mendekati puncak kita akan dihadapkan oleh sebuah tebing, tidak ada jalan lain tebing tersebut harus dipanjat untuk mencapai puncak Mekongga. Hati-hati karena batuan tebing ini mudah lepas.Puncaknya merupakan bebatuan tajam yang cukup luas.


Perijinan
Tidak ada aturan khusus untuk mendaki gunung ini, tapi ada baiknya anda melengkapi diri dengan durat jalan dari organisasi atau bila perlu dari kepolisian tempat asal. Selebihnya kita cukup minta ijin pada Kepala Desa Tinukari.

Tempat menarik
Keindahan dan keperawanan alam pegunungan Mekongga ini adalah merupakan atraksi utama dalam perjalanan pendakian ke gunung ini, selain itu juga adat istiadat dari penduduk asli juga tidak kalah menariknya.


1 komentar:

  1. misi kawan ada rencana naek ke MEKONGGA lagi ga...
    kalau ada boleh ikut ga?? heheh pengen naikjuga nih :D

    BalasHapus

shilvarasta@gmail.com